Pondok Dirubuhkan Perlengkapan Penghijauan Dijarah, Mandala Foundation; Apapun Halangannya Program Tanam Pohon World Environment Day Mengundang Pejabat Riau Tetap Lanjut

Kampar - Sungguh berat memberikan pengertian kepada masyarakat apalagi kepada masyarakat yang matanya sudah dibutakan dengan harta dan benda untuk menguasai alam ini, dengan rusaknya alam masyarakat harus sadar bahwa bencana itu selain suratan Illahi juga datang dari perbuatan manusia.
Dalam mensosialisasikan akan pentingnya bumi dirawat dengan nyata, dan demi hijaunya alam, ini sangat sulit, bahkan para petinggi di negara ini tidak banyak yang peduli.
Misalnya di Desa Batu Gajah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, para aparat desa bukan memberikan pengertian bumi hijau akan keselamatan manusia dari banjir dan longsor, malah ada yang mempropokasi warga untuk untuk tidak peduli pada alam ini.
Buktinya pada malam, Selasa (20/5/25) sekelompok massa merusak dan menganiaya para pegiat lingkungan di Desa Batu Gajah, tentunya ini harus diusut tuntas oleh aparat penegak hukum Polda Riau dan jajarannya.
Mendengar jeritan para pegiat lingkungan ini dianiaya, sepertinya hukum di Desa Batu Gajah tidak ada, “pondok penjaga pembibitan Mandala Foundation dirubuhkan, bahkan kabarnya ada yang dijarah, aparat penegak hukum seakan tak berkutik, pasalnya didepan aparat para pelaku penganiayaan dengan bebas melakukan aksinya.
Padahal banyak pihak meminta “untuk memberikan pengertian kepada masyarakat aparat kepolisian Polda Riau tentunya bisa melakukan penegakan hukunm dengan lusrus dan benar, “setelah hukum ditegakkan pasti warga Batu Gajah akan sadar,” kata pegiat lingkungan dari yayasan SAHARA, Batara, Rabu (21/5/25).
Padahal seperti kita ketahui bersama “tidak lama lagi Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) akan dilaksanakan di Desa Batu Gajah, “undangan untuk pejabat tinggi di Riau, seperti Gubernur Riau dan jajarannya, Danrem, Kapolda Riau, Kepala Pajak, Dinas Kehutanan Riau dan sebagainya telah disiapkan,” kata Ketua Mandala Foundation, Tommy Fredy Simanungkalit, SH, MH, Rabu (21/5/25) pagi.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati hanya sekali dalam satu tahun tepatnya setiap tanggal 5 Juni, hal ini bertujuan demi meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan lingkungan yang positif bagi perlindungan alam dan planet Bumi ini.
“Hari Lingkungan Hidup Sedunia merupakan instrumen penting yang digunakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan serta mendorong perhatian dan tindakan politik di tingkat dunia,” kata Tommy Fredy Simanungkalit, SH, MH.
Kata Tommy, “hari peringatan ini dipandang sebagai kesempatan bagi semua orang untuk menjadi bagian aksi global dalam menyuarakan proteksi terhadap planet bumi, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan gaya hidup yang ramah lingkungan”.
Dutanya terkait apakah lahan masyarakat akan ikut ditanam tanaman hutan kermbali, Tommy menjawab “yang jelas kami tidak akan mengganggu lahan sawit masyarakat, namun bagi yang sadar apa salahnya menanam tanaman kehutanan di sela -sela sawit mereka. Lagipula bibit untuk tumpang sari disela sawit warga telah kami siapkan alias gratis. Ini bukan mengganggu pohon sawit yang sudah tumbuh,” katanya.
Untuk itu pungkas Tommy, “kami himbau para aparat desa memberikan pengertian akan pentingnya menjaga lingkungan, agar kita sedikit terhindar dari banjir dan longsor. Walau begitu hakangan yang kami terima dilapangan kami akan tetap melaksanakan penanaman kembali Daerah Aliran Sungai Tapung (DAS) dan lahan konservasi dalam izin PT PSPI di Desa Batu Gajah, jikalau warga tidak ikut mau kita bilang apa?”.**
Komentar Via Facebook :