Galakkan Promo Wisata

Haris Berkisah Gelombang 7 Hantu di Pelalawan

Haris Berkisah Gelombang 7 Hantu di Pelalawan

Advertorial - Mengitakan Promosi Wisata rencana Bupati Pelalawan HM. Harris berkisah "Ombak Bono" Mitos Tujuh Hantu sudah dikenal banyak warga di Riau, Bila ombak besar di laut, itu sudah menjadi pemandangan biasa setiap tahun.

Namun ombak besar di sungai, itu fenomena alam luar biasa. Sungai umumnya memiliki riak atau gelombang kecil, namun di hilir Sungai Kampar, wilayah semenanjung Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, ombak sungai air tawar itu dapat mencapai ketinggian lima meter.

"Berdasarkan cerita rakyat, dahulu kala pada era nenek moyang suku yang bermukim di tepian semenanjung Kampar, gelombang yang disebut dengan “Bono” itu merupakan pemandangan mengerikan dan ditakuti," Jelas pembangun Pelalawan tampa pamrih ini.

Saat itu belum ada penjelasan ilmiah sementara berbagai cerita seram dan bencana kerap dikisahkan secara turun temurun oleh orang-orang tua kepada anak dan cucu.

Mitos yang bertahan sampai kini adalah, ombak bono digambarkan sebagai tujuh hantu. Hantu itu berupa ombak tujuh lapis. Ombak besar berada di depan yang diikuti oleh enam ombak kecil di belakangnya.

Kisah bencana yang terjadi akibat diterjang ombak bono memang cukup sering, karena aliran Sungai Kampar masih dipakai sebagai sarana transportasi warga yang bermukim di sepanjang sungai.

Di ujung Sungai Kampar terdapat beberapa pulau kecil seperti Pulau Muda, Pulau Serapung dan yang terbesar Pulau Mendol yang memiliki pemukiman penduduk. Perahu yang tidak kuat saat bono datang sangat gampang dijungkirbalikkan ombak besar yang bergulung.

"Tahun 2010 lalu, Bono mencuat di kalangan surfer, tatkala perusahaan olahraga Rip Curl dan perusahaan rokok melakukan ekspedisi selancar Bono," jelas Harris.

Foto dan video Bono semakin menarik perhatian. Pada 2011, Kementerian Pariwisata mulai ikut mempromosikan Bono sebagai salah satu objek wisata khusus di Indonesia.

Secara ilmiah, Bono dapat dijelaskan dengan gamblang berdasarkan teori fisika dasar. Bono adalah pertemuan arus pasang dari laut dengan air surut Sungai Kampar yang memiliki karakteristik alami spesifik di bagian muaranya.

Di muara Sungai Kampar terdapat Pulau Mendol sehingga membentuk selat dan membuat aliran bercabang seperti huruf Y. Pada saat laut pasang pada bulan-bulan tertentu, terutama pada saat bulan purnama, air pasang masuk dari percabangan selat Mendol dan bertemu dengan arus surut Sungai Kampar.

Semakin besar debit air sungai bertemu arus pasang laut, bono yang ditimbulkannya semakin besar. Bono terjadi dua kali sehari sesuai dengan jadwal pasang laut.

Ombak bono berbeda dengan ombak laut yang langsung terhempas di pantai. Adapun bono akan mengalir semakin ke hulu. Panjangnya dapat mencapai 30 kilometer tanpa putus. Di dekat sumber pasang laut, bono dapat mencapai ketinggian lima meter dan semakin berkurang di pedalaman sungai.

Ombak tanpa putus itulah yang menarik untuk ditunggangi para peselancar dunia. Peselancar Inggris Steve King serta James Cotton, Roger Gamble dan Zig Van Der Sluys (ketiganya asal Australia) adalah empat atlet yang menorehkan rekor dunia berselancar terpanjang di “Bono” Sungai Kampar.

Sejak masuknya para peselancar asing datang ke semenanjung Kampar dan terlihat bersenang-senang di atas tujuh hantu, kisah seram bono mulai menipis.

Di tangan para atlet profesional itu, hantu bono tidak pernah terlihat lagi. Bahkan para “bule” itu dengan gagah berdiri menunggang bono sambil tertawa. Mereka berhasil mengusir hantu bono.

Peselancar asing pun mengajari penduduk lokal untuk menikmati bono. Tidak heran, kini disetiap kemunculan bono, lebih dari 30-an pemuda lokal menunggu di tengah sungai dengan papan selancar buatan pabrik atau papan seadanya siap berselancar di areal dekat desa.

Untuk pengembangan lokasi wisata di Pelalawan sepertinya sejalan dengan usulan Menteri Pariwisata Arief Yahya telah mengusulkan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Provinsi Riau beberpa waktu lalu. Hal itu karena potensi pariwisata Riau merupakan salah wisata dengan ombak Bononya di alran Sungai Kampar yang saat ini mampu jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan wancanegara.Apalagi Bono itu mampu surfing tingkat dunia surfing dalam sungai, dengan pesona yang cuma ada 2 didunia ini, pertama disungai Amazon yang kedua di aliran hilir Sungai Kampar, Riau.

Rencana kawasan KEK Pariwisata Riau rencananya mulai dibangun di atas lahan seluas 600 hektar, KEK Pariwisata Riau ini mulai berkonsep ecotourism,  rencana seperti Danau Toba, ekoturisme digabungkan dengan bisnis. Ada wisata golf dan pasilitas lainnya.

Ditambah penginapan berbintang minimal empat mulai disiapkan di KEK Riau, KEK ini membuat Pariwisata Riau nantinya mulai menjadi kawasan eksklusif seperti Nusa Dua di Bali.

Rencana lahan yang mulai digunakan sebagai KEK Pariwisata berada di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Tempat tersebut berada di sekitar tempat Ombak Bono muncul merupakan dekat Sungai Kampar.

Secara aksesibilitas, Riau telah memiliki bandara yang mumpuni. Hal itu lantaran Bandara Sultan Syarif Kasim II sudah memiliki landasan pacu sepanjang 2.400 meter dan ditambah jalan yang aat ini telah diusulkan akan dibangun secepatnya.

Menurutnya, KEK Pariwisata Riau nantinya mulai menjadi KEK Pariwisata kelima di Indonesia. Sampai ketika ini, Indonesia sudah memiliki empat KEK Pariwisata yakni Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Danau Toba, dan Morotai.

Data Kementerian Pariwisata menyebutkan 27.810 wisatawan asing masuk ke Riau melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II. Sementara sepanjang tahun 2016, angka tersebut naik menjadi 32.810 atau tumbuh 17,98 persen.

Kini, Kementerian Pariwisata memberi target pada Provinsi Riau agar mendatangkan 60.000 wisatawan asing pada tahun 2017 ini. Pemerintah Provinsi Riau mengunggulkan tiga festival selama tahun 2017 agar bisa menarik minat wisatawan bagi berkunjung ke Riau.

Luar biasanya sejarah Bono juga menyimpan cerita dari masyarakat tempatan secara turun temurun, yang dikaitkan dengan mistis. Hitungan Bono itu muncul hingga puncaknya mengikuti hitungan bulan Arab. Tentu ada kaitannya dengan Islam dan juga identik dengan Budaya Melayu.(Adv/Dion)


Dion Tri Septian

Komentar Via Facebook :