Hutan Dibabat Makanan Dijerat

Aktivis; Jangan Salahkan Bonita Sang Raja Hutan

Aktivis; Jangan Salahkan Bonita Sang Raja Hutan

Okeline Riau - Sejumlah aktivis menyayangkan banyak pihak yang memberatkan kesalahan pada tersangka utama Bonita sang harimau yang kelaparan di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, yang berbatas dengan Kabupaten Pelalawan.

Sebenarnya banyak sebab yang menjadikan Boita mengamuk, diduga lahan mencari makan Bonita dihabisi untuk keperluan perkebunan dan hutan dibabat.

Berdasarkan toritorial pencari makan Bonita yang berpusat dihutan Lindung Kerumutan telah gundul sehingga makanan Bonita melarikan diri kedaerah lain sementara di harus makan minimal 1 kali sehari.

"Wajar Bonita mengamuk, sebab kijang, kansil dan lainya pada kabur karena hutan digundu secara terus menerus," Ujar pemerhati Lingkungan, Edwar, Selasa (13/3/18). 

Bonita si Harimau Sumatera mengganas sebelumnya korban bernama Jumiati, karyawati perusahaan sawit pada awal Januari lalu, kini korbanya buruh bangunan bernama Yusri keduanya tewas akibat kelaparan sang raja hutan ini.

Yusri ditemukan tertelungkup di tanaman rumpai di atas sungai. Leher bagian belakangnya terluka parah lantaran terkaman tersangka utamanya dituduhkan Bonita.

Hal ii dibenarkan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, dia menduga korban dilakukan oleh harimau yang sama (Bonita), yang juga pemangsa karyawati sawit awal tahun lalu.

Haryono menuturkan, kejadian nahas ini berawal ketika tim gabungan BBKSDA dan kepolisian memburu harimau betina yang diberi nama Bonita itu pada Sabtu pagi, 10 Maret 2018. Di saat petang menjelang, didapat informasi keberadaan "Datuk Belang" di Kampung Danau, desa tersebut.

Bergerak pukul 16.00 WIB, petugas sampai sekitar pukul 17.00 WIB di lokasi. Harimau Bonita terpantau berada di belakang rumah warga dan petugas medis menyiapkan bius untuk ditembak.

"Karena jarak tembak tak maksimal, maka tidak jadi penembakan bius. Harimau itu lalu bergerak masuk kebun sawit, kurang 100 meter harimau berhenti di dekat bangunan sarang walet yang sedang dibangun," terang Haryono.

Semua pihak harus melihat permasalahan ini karena hanya menyalahkan Harimau yang saat ini menuju kepunahan sementara warga sekitar berlomba-lomba menjual hutan pada penusaha lokal maupun asing.**


Komentar Via Facebook :