Petisi Tolak Larangan Motor, Kadishub Sebut Tak Ada Diskriminasi

Petisi Tolak Larangan Motor, Kadishub Sebut Tak Ada Diskriminasi

Line Jakarta - Menanggapi Petisi yang berjudul "Tolak Pelarangan Motor Sudirman-Kuningan Oktober 2017" itu berisi bahwa pelarangan itu adalah diskriminasi, Kepala Dinas Perhubungan Kadishub Andri Ansyah menegaskan, tak ada diskriminasi dari kebijakan tersebut.

"Enggak ada itu, Semua adalah amanat perda" katanya saat dihubungi, Jumat (25/8/17).

Andri mengatakan, kebijakan tersebut adalah amanat dari Perda Transportasi Nomor 5 Tahun 2014 pada Pasal 78 ayat 2 yang berisi, "membatasi lalu lintas kendaraan bermotor pada kawasan tertentu dan atau waktu dan jalan tertentu".

Semntara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membeberkan alasan rencana penerapan larangan sepeda motor melintas di Jalan Sudirman.

Dia mengungkapkan, hal ini dilakukan untuk meminimalisasi volume kendaraan di jalur tersebut. Apalagi pemerintah telah menerapkan sistem ganjil genap untuk membatasi kendaraan roda empat dan lebih.

"Kan mobil sudah diberlakukan ganjil genap. Kan kita harus meminimalisir load kendaraan yang lewat di sana," jelas Budi.

Menurut Budi, pembatasan penggunaan kendaraan roda dua di jalan protokol itu, akan diuji coba pada pertengahan September mendatang.
Pelarangan ini dilakukan karena banyaknya konstruksi pembangunan infrastruktur di sepanjang jalan tersebut. Salah satunya, pembangunan mass rapid transportation (MRT).

"Pertimbangan karena banyak konstruksi yang dikerjakan untuk mengurai kepadatan," Tukasnya.

Hal itu karna 4.000 warganet menandatangani petisi tersebut "Pelarangan tersebut diskriminasi terhadap warga mengandalkan motor untuk bekerja ataupun melintas di wilayah ini. Bagi pekerja jasa angkutan orang (ojek) maupun angkutan barang/dokumen (kurir)," tulis Leopold Sudarasono pada petisi tersebut.

"Mengapa tidak diuji coba saja: pada tanggal ganjil mobil dilarang dan tanggal genap motor yang dilarang. Bisa dilihat pada tanggal berapa jalan lebih macet dan pengguna angkutan umum meningkat?" isi petisi tersebut.

Apalagi, menurut petisi tersebut, lebih dari 73 persen pembayar pajak kendaraan bermotor di DKI justru adalah pengguna sepeda motor.**


Komentar Via Facebook :