Pengelolaan Migas Bumi Lancang Kuning, Praktisi MIgas; Kesempatan tidak datang Dua Kali

Pekanbaru - Sekjen Dewan Pimpinan Nasional (DPN), Asosiasi Pengusaha Jasa Penunjang MIGAS Indonesia ( APJPMI), yang juga Praktisi Migas Nasional, Aris Aruna, ST, berpendapat “Pertamina Hulu Rokan (PHR) adalah perusahaan operator Migas baru di wilayah kerja (WK) Rokan yang berasal dari BUMN Indonesia, mempunyai dua pilihan untuk menggenjot produksi Nasional”.
“Saat ini WK tersebut sudah dikelola oleh BUMN Indonesia yaitu Pertamina Hulu Rokan (PHR) mulai 9 Agustus 2021 tentu diharapkan oleh masyarakat Riau, semakin bisa membuat makmur bumi Lancang Kuning,” kata Aris, Senin (3/7/23).
Dengan semangat baru lanjut Aris, Wilayah Kerja (WK) Migas dan WK lainnya di bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau yang terluas lapangannya di Indonesia dan pernah 1 juta barrel oil per hari produksinya dan terbesar di Indonesia.
Ditambah dengan dikelolanya 100 persen WK CPP oleh BUMD Provinsi Riau dengan PT.BSP nya dengan diikuti oleh PT. SPR Langgak dengan mendapatkan hak PI 10 persen untuk PHE Siak, PHE Kampar dan PHR WK Rokan.
“Ini salah satu driver untuk menuju bumi Lancang Kuning yang semakin maju kedepan dengan terjadi pertumbuhan ekonomi yang bergerak di atas rata-rata yang diharapkan, serta terjadinya pembangunan yang berkelanjutan,” ulasnya.
Sekilas sharing tentang Human Capital Development melalui Organizational Development adalah Driver berikutnya untuk menjadikan BUMD dari bumi Lancang Kuning untuk nantinya bisa bermain di Global Market ke depan.
“Atas kehadiran beberapa wilayah kerja ( WK ) di Bumi Lancang Kuning yang terluas lapangannya dan terbesar produksinya. Sedikit sekilas pemikiran dan bisa dijadikan inspirasi bagi semua share holder dan stake holder dalam membuat kebijakan yang keberpihakan kepada Bumi Lancang Kuning benar-benar terjadi,” katanya.
“Apa yang membedakan kita ( i.e .Pertamina ) dan ( i.e. Petronas ) itu bukanlah soal teknologi atau hal-hal teknis lainnya. Yang membuat Petronas bisa Jauh mengungguli Pertamina (Padahal dulu orang-orang Petronas belajar ke Pertamina),” lanjut Aris.
Itu semua lanjut Aris, adalah soal SDM nya. “Kenapa SDM kita jadi bisa begitu jauh tertinggal dari SDM Petronas,Inilah yang perlu dikaji dan diperbaiki dan ditingkatkan,” katanya.
Momentum ini bisa di offer ke PT.BSP, PT.SPR Langgak dan BUMD yang ditunjuk sebagai pengelola PI 10 persen dalam bentuk pengelolaan yang terintegrasi dengan menerapkan Program Human Capital Development melalui Organizational Development.
“Dengan menjalankan program ini diharapkan kedepan melalui BUMD Migas dari Provinsi Riau dalam menaikan produksi tidak dengan menggenjot laju produksi per sumur tapi dengan cara menambah jumlah sumur baru ( Development well ) dengan berinvestasi,” jelas Aris.
Menurut Aris “melakukan investasi memang sesuatu yang mutlak yang harus dilakukan oleh BUMD Migas Riau dalam menaikan Produksi, ‘it takes money to make money’ tidak bisa hanya dengan menggenjot laju produksi per sumur”.
“Karena pertumbuhan produksi migas pada suatu lapangan atau wilayah kerja (WK) itu berkorelasi positif dengan pertumbuhan Investasi di lapangan tersebut, kalau investasinya menurun maka bisa diprediksi produksinya juga akan menurun,” katanya.
“Sebagaimana kita ketahui pada perusahaan operator sebelumnya pernah mencapai produksi oil mencapai 1 juta barrel oil per hari dan terus menurun sampai pada saat hand over kepada Pertamina Hulu Rokan (PHR) tinggal 160 ribu barrel oil per hari,” bebernya.
Tentu dengan dropnya produksi ini kemungkinan ada dua penyebabnya :
-
Karena di genjot habis-habisan untuk kepentingan bisnis tanpa peduli bahwa unsur air bisa mengalir lebih cepat dari unsur minyak sehingga bukannya minyak yang naik produksinya malah justru air yang meningkat, alis water cutnya meningkat terus akibat laju produksi yang tidak dibatasi.
-
Kurangnya melakukan workover untuk merawat kondisi sumur ,ini biasanya diakibatkan oleh keengganan untuk mengeluarkan biaya perawatan sumur karena dananya digunakan untuk kepentingan yang lain.
Dengan demikian atas historikal setiap lapangan dan sumur seperti itu karena kepentingan bisnis oleh operator sebelumnya maka untuk itu lakukanlah dua ( 2 ) hal ini kedepan :
-
Lakukan workover secara berkala dan disiplin.
-
Jangan lagi menggenjot laju produksi per sumur tapi tambah lah jumlah sumur pengembangan (Development well).
Semua itu sekarang tergantung pada ada atau tidaknya kemauan para pemegang saham (share holder) dan stake holder untuk Bumi Lancang Kuning yang semakin sejahtera kedepan.
Aris mengingatkan “Hidup itu memang selalu ada dua pilihan, ‘lakukan atau tidak’. Tapi perlu disadari kesempatan berbuat baik tidak tuhan berikan kepada semua orang dan tidak pernah datang dua kali”.
Komentar Via Facebook :