Peneliti UTS Mendemontrasikan Jaringan Jantung dengan Metode 3D Bioprinting

Peneliti UTS Mendemontrasikan Jaringan Jantung dengan Metode 3D Bioprinting

Sydney - Peneliti The University of Technology Sydney (UTS) telah mendemonstrasikan, jaringan jantung yang dibuat dengan metode 3D bioprinting secara aman dan efektif membantu pemulihan pasien dari insiden serangan jantung yang parah.

Hal tersebut disampaikan Dr. Carmine Gentile, Head, Cardiovascular Regeneration Group, UTS, Jaringan jantung ini dibuat dari sel yang diisolasi dari darah pasien. Tim UTS lalu merancang model 3D dari jantung pasien, dan mengidentifikasi area jantung yang mengalami kerusakan sebelum ‘menambal’ permukaan jantung.

“Riset kami menunjukkan, tambalan yang direkayasa secara biologis merupakan metode pengobatan terbaik dan termutakhir untuk kasus kegagalan jantung,” ujarnya pada media, Rabu (19/4/23).

“Metode tambalan yang direkayasa secara biologis menjanjikan pengobatan yang lebih aman, konsisten, dan hemat biaya bagi pasien,” tambahnya.

Lebih lanjut Dr. Gentile menjelaskan gagal jantung merupakan komplikasi penyakit jantung. Gagal jantung terjadi ketika pasokan darah tidak memadai sehingga jaringan jantung rusak di area yang terdampak. Metode intervensi saat ini mencakup transplantasi jantung, prosedur bedah yang berisiko besar.

“Berkat teknologi ini, pasien dapat menggunakan sel puncanya sendiri untuk membuat 'tambalan' jantung. Hal ini tak hanya mengurangi trauma dan biaya transplantasi jantung secara drastis, namun menghindari kendala lain, seperti ketika tubuh menolak jaringan donor jantung,” jelasnya.

Sementara Nicci Dent, CEO Heart Research Australia, mitra pendanaan riset ini, mengatakan memuji perkembangan yang dicapai Dr. Gentile dan tim risetnya dalam mengatasi buruknya statistik dalam penyakit jantung.

“Kami gembira bahwa kerja sama riset ini terbukti sukses, dan kini memasuki babak baru. Kami juga menyambut potensi teknologi ini untuk membantu ratusan ribu orang yang mengalami gagal jantung setiap tahun,” katanya.

Pengujian lebih lanjut atas efek jangka panjang teknologi ini tengah berlangsung sebelum peneliti melakukan uji klinik.**


Eko Sulastono

Komentar Via Facebook :